Sabtu, 29 Juni 2019

#Liputan_Dauroh_20 (3)

Kisah Syaikh al-Albani & Syaikh Ziyad Kecil
------------------

Syaikh Ziyad membacakan pertanyaan di secarik kertas di sesi Liqo' Maftuh semalam. "Syaikhona, kisahkan kepada kami bagaimana Syaikh al-Albani dalam adab dan akhlak".

"Ooh, banyak banget. Bukan satu kisah saja, tapi berkisah-kisah", kata Syaikh Ziyad.
"Saya kisahkan satu saja ya. Kisah masa kecil, langsung antara saya dan Syaikh (al-Albani)".

Ketika itu saya anak usia 14-15 tahun. Saya membaca Riyadhus Shalihin. Lantas saya menelpon Syaikh. Tentu saja Syaikh mengenalku.

"Wahai Syaikh kami, engkau keliru dalam men-takhrij sebuah hadits", demikian ungkapan Syaikh Ziyad Kecil (SZK) via telpon kepada gurunya, Syaikh al-Albani (SA).

SA: "Hadits yang mana nak...??"
SZK: "Hadits yang ini", beliau kemudian menyebutkan haditsnya (yang ada di kitab Riyadhus Shalihin)

SA: "Beri aku waktu. Aku akan menelitinya ulang. Nanti telpon lagi ya nak...!!"

Selang beberapa waktu, saya kembali menelpon Syaikh al-Albani.

SZK: "Wahai Syaikh, tadi saya menelponmu. Lantas saya mengatakan...ini dan itu..."

SA: "Wahai anakku, dengarkanlah. Sekarang buka kitabnya, dan lihatlah. Tadi engkau mengatakan begini, namun yang benar adalah ..... (Syaikh al-Albani meluruskan Syaikh Ziyad Kecil)

Saya pun tersadar, yang keliru justru saya. _"Aasif ya Syaikh._ Duh, maaf yah Syaikh" ☺.

Syaikh al-Albani ketika itu bicara dengan anak kecil. Beliau tidak mengahardikku, tidak mencelaku, tidak pula mengatakan;

من أنت تخطأني...؟!!

_"Emangnya kamu siapa...?!! Berani-berani nyalahin aku."_

Tidak pernah..., tidak pernah...., tidak pernah sama sekali beliau berkata (angkuh) demikian. (Padahal sedang berhadapan dengan anak kecil yang menyalahkan dirinya).

أجابني بكل لطف، بكل أدب، بكل هدوء... رحمه الله

_"Beliau menjawabku dengan penuh kelembutan, penuh adab, dan penuh kesejukan... Semoga Allah merahmati beliau"._

Inilah adab. Dan inilah satu kisah tentang beliau, dan yang satu ini sudah mencukupi.

****

Syaikh Ziyad kembali bertutur: "Kejadian tersebut sangat berpengaruh besar pada diriku, subhanallah.

Sehari sebelum saya datang (ke Dauroh ini) bertemu antum semua, seorang anak kecil menghampiri ketika saya shalat di masjidku. Anak ini mengatakan; "Hei Syaikh, cara shalatmu salah..."

Tiba-tiba saya jadi teringat Syaikh al-Albani.

****

Inilah ilmu yang membentuk keluhuran adab seseorang. Semoga Allah merahmati segenap ulama dan guru-guru kita semua, demikian juga dengan anak-anak didik kita, dan mengumpulkan kita semua di surga-Nya yang tertinggi.

____
Batu-Malang, 24 Syawwal 1440 - 27062019
✍ Abu Ziyan Johan Saputra Halim

Telegram: t.me/kristaliman
Web: alhujjah.com

Kamis, 27 Juni 2019

Banyak yang sering berkata,
"Aku nggak ada waktu !!!",
seakan-akan mereka di dalam sebuah kesibukan yang sangat bermanfaat…, akan tetapi kenyataannya ternyata masih banyak waktu kosong mereka…

Di lain pihak…banyak pula yang ingin "Membunuh waktu…"
karena waktu mereka yang sangat terbuang-buang..,
mereka bingung mau diapain waktu tersebut..??!!

Waktu itu ibarat pedang bermata ganda, bisa mendatangkan kebahagiaanmu dan bisa pula menjadi bumerang yang mendatangkan kesengsaraanmu.

Al-Imam Asy-Syafi'i rahimahullah menyebutkan sebuah perkataan :

الْوَقْتُ سَيْفٌ فَإِنْ لَمْ تَقْطَعْهُ قَطَعَكَ، وَنَفْسُكَ إِنْ أَشْغَلْتَهَا بِالْحَقِّ وَإِلاَّ اشْتَغَلَتْكَ بِالْبَاطِلِ

"Waktu ibarat pedang, jika engkau tidak menebasnya maka ialah yang akan menebasmu. Dan jiwamu jika tidak kau sibukkan di dalam kebenaran maka ia akan menyibukkanmu dalam kebatilan." (Dinukil oleh Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Al-Jawaab Al-Kaafi hal 109 dan Madaarijus Saalikiin 3/129)

Jika facebook tidak kau gunakan untuk bertakwa kepada Allah maka akan kau gunakan untuk bermaksiat…!!!

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:

"Waktu seseorang itulah hakekat umurnya, dialah penentu kehidupan abadinya (di kemudian hari), apakah dalam kenikmatan abadi ataukah dalam kehidupan sengsara dalam adzab abadi yang pedih…

Waktu berlalu lebih cepat dari aliran awan. Maka siapa saja yang waktunya dihabiskan untuk Allah dan karena Allah maka waktu itulah hakekat umur dan kehidupannya. Adapun selain itu (jika waktunya tidak dihabiskan untuk dan karena Allah) maka waktu tersebut pada hakekatnya bukanlah termasuk kehidupannya, akan tetapi kehidupannya laksana ibarat kehidupan hewan. Jika ia menghabiskan waktunya dalam kelalaian dan syahwat, serta angan-angan yang batil, dan waktu yang terbaiknya adalah yang ia gunakan untuk tidur dan nganggur maka matinya orang yang seperti ini lebih baik dari pada hidupnya." (Al-Jawaab Al-Kaafi hal 109)

Jika umur seseorang 60 tahun, dan setiap hari tidur 8 jam (1/3 waktunya), serta dikurangi masa kecil hingga baligh/dewasa (sekitar 15 tahun) maka hakekat umurnya yang bisa ia gunakan untuk beraktifitas hanyal tinggal 60-20-15 = 25 tahun. Lantas dari 25 tahun tersebut yang digunakan untuk bermain, bersenda gurau, bermaksiat?? Jika dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk beribadah??

Sungguh aneh jika seseorang merasa "Nggak ada waktu…terlalu sibuk" untuk bisa membaca Al-Qur'an setiap hari 1/4 atau 1/2 jam, atau tidak ada waktu untuk sholat dhuha ...menit.

Akan tetapi…. ternyata waktunya sangat luang -bahkan bisa berjam-jam- untuk main game atau facebookan…atau ketawa-ketiwi untuk berBBM, WhatsApp-an, dengan para sahabat…para group??!!

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

لَنْ تَزُوْلَ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتىَّ يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعِ خِصَالٍ: عَنْ عُمرِهِ فِيْمَ أَفْنَاهُ ؟ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَ أَبْلاَهُ ؟....

"Tidak akan bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat hingga ditanya tentang 4 perkara (diantaranya), tentang umurnya ….kemana ia habiskan?, tentang masa mudanya kemana ia habiskan?...."

Sumber : SalamDakwah.com

Silahkan disebarkan, mudah2an anda mendapatkan bagian dari pahalanya
Barakallah fikum.
                                       
                                 
Ditulis oleh Ustadz DR. Abu Abdilmuhsin Firanda Andirja, MA حفظه الله تعالى.

Minggu, 23 Juni 2019

Di era sosmed ini, semua orang memiliki panggung untuk bicara. Siapa saja dan kapan saja seseorang bisa berkomentar tentang apa saja. Hendak kita seorang penuntut ilmu agama menjaga adab agar kita lebih banyak diam dan tidak berkomentar terlalu banyak. Terlebih apabila terjadi fitnah atau pembahasan yang berat dan butuh ilmu untuk memberikan komentar. Hendaknya penuntut ilmu lebih banyak diam daripada ikut terlalu banyak berkomentar. Terkadang komentarnya tersebut justru memperkeruh suasana dan menambah beratnya pembahasan serta menambah fitnah.

Sungguh indah nasehat dari Adz-Dzahabi
إذا وقعت الفتن فتمسك بالسنة والزم الصمت ولا تخض فيما لايعنيك وماأشكل عليك
“Apabila terjadi fitnah, berpegang teguhlah pada Sunnah dan TETAPLAH DIAM. Janganlah engkau disibukkan dengan yang tidak bermanfaat (bukan urusanmu) dan apa yang masih meragukan (musykil).” [As-Siyar A’lam AN-Nubala 20/141]

Hendaklah kita sebagai penuntut ilmu menahan diri untuk tidak berkomentar terkait hal yang kita tidak punya ilmu dalam permasalahan tersebut. Menahan diri dari berkoemntar apabila belum belajar bahasa Arab dan belum belajar ilmu-ilmu ushul. Terlebih permalasahan tersebut adalah permasalahan berat dan menyangkut hidup dan hajat orang banyak.

Apabila seseorang yang tidak berilmu berkomentar, maka akan muncul pendapat yang aneh dan justru akan memperkeruh suasana. Sebagaimana ungkapan:
من تكلم في غير فنه أتى بالعجائب
“Barangsiapa yang berbicara di luar ilmunya, akan muncul pendapat yang aneh-aneh.”


Salah satu adab bagi kita penuntut ilmu adalah banyak diam daripada berbicara.

Ibnu Jama’ah menukil perkataan salaf:
حق على العالم أن يتواضع لله في سره وعلانيته ويحترس من نفسه ويقف على ما أشكل عليه
“Hak bagi seorang berilmu adalah tawadhu’ (rendah hati) kepada Allah dalam keadaan sendiri maupun ramai, mawas diri dan diam (tawaqquf) terhadap hal yang masih meragukannya.” [Tadzkiratus Sami’ wal Mutakallim hal 26]
Menjaga lisan adalah suatu hal yang harus kita lakukan sebagaimana hadits berikut:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah dia berkata yang baik atau hendaklah diam.” (HR. al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah).

Kunci kebaikan adalah menjaga lisan sebagaimana hadits berikut:
عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ حَدِّثْنِي بِأَمْرٍ أَعْتَصِمُ بِهِ قَالَ قُلْ رَبِّيَ اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقِمْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَخْوَفُ مَا تَخَافُ عَلَيَّ فَأَخَذَ بِلِسَانِ نَفْسِهِ ثُمَّ قَالَ هَذَا
“Dari Sufyan bin ‘Abdullah ats-Tsaqafi, ia berkata: “Aku berkata, wahai Rasulullah, katakan kepadaku dengan satu perkara yang aku akan berpegang dengannya!” Beliau menjawab: “Katakanlah, ‘Rabbku adalah Allah’, lalu istiqamahlah”. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, apakah yang paling anda khawatirkan atasku?”. Beliau memegang lidah beliau sendiri, lalu bersabda: “Ini”.[HR. Tirmidzi, Dishahihkan AL-Albani]

Demikian semoga bermanfaat
@ Lombok, Pulau seribu Masjid
Penyusun: Raehanul Bahraen
✍ Ustadz Abdullah Zaen Hafidzahullah

Ketika mengunjungi seorang teman yang sedang kritis sakitnya...,
Dia menggenggam erat tanganku...,
Lalu menarik ke mukanya..., Dan membisikkan sesuatu....

Dalam airmata berlinang dan ucapan yang ter-bata² dia berkata...,
"Bila kamu tidak melihat aku di surga...,
Tolong tanya kepada Alloh di mana aku...,
Tolonglah aku ketika itu...".

Dia langsung terisak menangis...,
Lalu aku memeluknya dan meletakkan mukaku di bahunya. Aku pun berbisik...,
"Insya'a Alloh, insya'a Alloh, aku juga mohon kepadamu jika kamu juga tidak melihatku di surga..."
Kami pun menangis bersama, entah berapa lama...

Ketika saya meninggalkan Rumah Sakit...,
Saya terkenang akan pesan beliau...

Sebenarnya pesan itu pernah disampaikan oleh seorang ulama besar, Ibnu Jauzi, yang berkata pada sahabatnya sambil menangis:
"Jika kamu tidak menemui aku di surga bersama kamu...,
Maka tolonglah tanya kepada Alloh tentang aku: 'Wahai Rabb kami, si fulan sewaktu di dunia selalu mengingatkan kami tentang Engkau, maka masukkanlah dia bersama kami di surga."

Ibnu Jauzi berpesan begitu bersandar pada sebuah hadits:
"Apabila penghuni surga telah masuk ke dalam surga lalu mereka tidak menemukan sahabat-sahabat mereka yang selalu bersama mereka dahulu di dunia, maka mereka pun bertanya kepada Alloh: 'Ya Rabb! kami tidak melihat sahabat-sahabat kami yang sewaktu di dunia shalat bersama kami, puasa bersama kami dan berjuang bersama kami...'"Maka Alloh berfirman, "Pergilah ke neraka, lalu keluarkanlah sahabat-sahabatmu yang di hatinya ada iman, walau hanya sebesar zarrah."(Ibnu Mubarak dalam kitab Az Zuhd)

Wahai sahabat²ku...

Di dalam bersahabat...,
Pilih lah mereka yang bisa membantu kita...,
Bukan hanya ikatan di dunia, tetapi juga hingga akhirat....

Carilah sahabat² yang senantiasa berbuat amal sholeh, yang shalat berjamaah, berpuasa...,
Dan sentiasa berpesan agar meningkatkan keimanan...,
Serta berjuang untuk menegakkan agama Islam....

Carilah teman yang mengajak ke majelis ilmu...,
Mengajak berbuat kebaikan...,
Bersama untuk kerja kebajikan...,
Serta selalu berpesan dengan kebenaran....

Teman yang dicari karena urusan niaga, pekerjaan, atau teman nonton bola, teman memancing, teman bershopping...,
Teman FB untuk bercerita hal politik...,
Teman whatsapp untuk menceritakan hal dunia...,
Akan berpisah pada garis kematian dan masing²...,
Hanya akan membawa diri sendiri....

Tetapi teman yang bertakwa, akan mencari kita untuk bersama ke surga...

Simaklah diri...,
Apakah ada teman yang seperti ini dalam kehidupan kita...,
Atau mungkin yang ada lebih buruk dari kita....

Ayo... berubah sekarang...,
Kurangi waktu dengan teman yang hanya condong pada dunia...,
Carilah teman yang membawa kita bersama ke surga...,
Karena kita tidak bisa mengharapkan pahala ibadah kita saja untuk masuk surganya Alloh....

Perbanyak lah ikhtiar...,
Semoga satu darinya akan tersangkut...,
Dan membawa kita ke pintu surga....

Al-Hasan Al-Bashri berkata:_
"Perbanyak lah sahabat-sahabat mukminmu, karena mereka memiliki syafa'at pada hari kiamat.”

Pejamkan mata, berfikir lah...
Siapa kiranya di antara sahabat² kita yang akan mencari dan mengajak kita ber-sama² ke surga??

Jika tidak...,
Mulai lah hari ini mencari teman ke surga sebagai suatu misi pribadi....

Baarakallohu fiikum.

Aamiin Allahumma Aamiin.

Doa untuk hasil terbaik

Short Video : Doa untuk hasil terbaik;

Diberdayakan oleh Blogger.

Cari Blog Ini

Pages

Popular Posts